Kamis, 07 Januari 2010

Pantai Sundak


Pantai Sundak terletak di desa Sidoharjo, kecamatan Tepus, kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Pantai sundak terletak di gugusan pantai yang berjejer di selatan pulau Jawa, bisa dibilang pantai Sundak ini merupakan salah satu pantai yang alami, belum terlalu banyak mendapatkan jamahan dari tangan-tangan manusia. Nuansa damai, pasir yang putih dan juga pemandangan yang eksotis merupakan daya tarik dari pantai ini. Jauhnya perjalanan yang ditempuh serasa terbayar lunas dengan keindahan yang ditampilkan. 

Pantai Sundak relatif sepi, bahkan ketika aku berkunjung pada pergantian tahun yang lalu suasana di pantai ini tidak terlalu ramai, sungguh menyenangkan serasa memiliki pantai pribadi. Disebelah utara terlihat bukit batu karang dan batu kapur sekitar 12 meter panjangnya. Berjalan-jalan di sepanjang bibir pantai merupakan hal wajib yang aku lakukan bila berkunjung ke pantai, bahkan disepanjang bibir pantai aku bisa menemukan bulu babi dan juga bintang laut diantara batu-batu karang. Angin yang berhembus sepoi-sepoi dan banyaknya pepohonan semakin menambah indah suasana, benar-benar menyejukkan hati. Pantai Sundak juga menawarkan suasana malam yang menyenangkan. Aku bisa menikmati angin malam dan bulan sambil becengkrama dengan teman-temanku. Pengunjung lain ada yang memesan ikan mentah untuk dibakar beramai-ramai. Ketika malam menjelang hal yang paling meyenangkan adalah ketika aku tidur dipantai sambil meyaksikan bintang di langit, sungguh betapa besar keagungan Tuhan, menikmati suasana malam sambil mengintrospeksi diri. Kegelapan tak perlu diributkan, bukankah membosankan jika hidup terus terang benderang?

Dibalik keindahannya pantai Sundak menyimpan kisah yang menarik, nama pantai ini telah beberapa kali berganti dan bukti-buktinya dapat dilacak secara geologis. Di bagian pinggir barat pantai terdapat masjid dan ruang kosong yang sekarang dimanfaatkan sebagai tempat parkir. Sementara di sebelah timur terdapat gua yang terbentuk dari batu karang berketinggian kurang lebih 12 meter. Memasuki gua, akan dijumpai sumur alami tempat penduduk mendapatkan air tawar. Wilayah yang diuraikan ini sebelum tahun 1930 masih terendam lautan. Konon, air sampai ke wilayah yang kini dibangun masjid, batu karang yang membentuk gua pun masih terendam air. Seiring proses geologi di pantai selatan, permukaan laut menyusut dan air lebih menjorok ke laut. Batu karang dan wilayah di dekat masjid akhirnya menjadi daratan baru yang kemudian dimanfaatkan penduduk pantai untuk aktivitas ekonominya hingga saat ini.

Ada fenomena alam unik akibat aktivitas tersebut yang akhirnya menjadi titik tolak penamaan pantai ini. Jika musim hujan tiba, banyak air dari daratan yang mengalir menuju lautan. Akibatnya, dataran di sebelah timur pantai membelah sehingga membentuk bentukan seperti sungai. Air yang mengalir seperti mbedah (membelah) pasir. Bila kemarau datang, belahan itu menghilang dan seiring dengannya air laut datang membawa pasir. Fenomena alam inilah yang menyebabkan nama pantai menjadi Wedibedah (pasir yang terbelah).

Perubahan nama berlangsung beberapa puluh tahun kemudian. Sekitar tahun 1976, ada sebuah kejadian menarik. Suatu siang, seekor anjing sedang berlarian di daerah pantai dan memasuki gua karang bertemu dengan seekor landak laut. Karena lapar, si anjing bermaksud memakan landak laut itu tetapi si landak menghindar. Terjadilah sebuah perkelahian yang akhirnya dimenangkan si anjing dengan berhasil memakan setengah tubuh landak laut dan keluar gua dengan rasa bangga. Perbuatan si anjing diketahui pemiliknya, bernama Arjasangku, yang melihat setengah tubuh landak laut di mulut anjing. Mengecek ke dalam gua, ternyata pemilik menemukan setengah tubuh landak laut yang tersisa. Nah, sejak itu, nama Wedibedah berubah menjadi Sundak, singkatan dari asu (anjing) dan landak.


Tak disangaka perkelahian itu membawa berkah bagi penduduk setempat. Setelah selama puluhan tahun kekurangan air, akhirnya penduduk menemukan mata air. Awalnya, si pemilik anjing heran karena anjingnya keluar gua dengan basah kuyup. Hipotesanya, di gua tersebut terdapat air dan anjingnya sempat tercebur ketika mengejar landak. Setelah mencoba menyelidiki dengan beberapa warga, ternyata perkiraan tersebut benar. Jadilah kini, air dalam gua dimanfaatkan untuk keperluan hidup penduduk. Dari dalam gua, kini dipasang pipa untuk menghubungkan dengan penduduk. Temuan mata air ini mengobati kekecewaan penduduk karena sumur yang dibangun sebelumnya tergenang air laut.


bila kondisi tahun 1930 saja seperti yang dikatakan di atas, dapat diperkirakan kondisi ratusan tahun sebelumnya. Tentu sangat banyak organisme laut yang memanfaatkan bagian bawah karang yang kini menjadi gua dan wilayah yang kini menjadi daratan. Karenanya, banyak arkeolog percaya bahwa sebagai konsekuensi dari proses geologis yang ada, banyak organisme laut yang tertinggal dan kini tertimbun menjadi fosil. Soal fosil apa yang ditemukan, memang hingga kini belum banyak penelitian yang mengungkapkan.


                                          Peta Pantai Sundak
                                                             


























                                            

1 komentar:

  1. bagus ya pantainya. .
    hehe ..

    salam kenal
    cresposuper.blogspot.com

    BalasHapus