Apakah pertumbuhan dan pembaharuan?
Pertumbuhan adalah suatu proses, yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai tujuan. Dalam kehidupan spiritual, pertumbuhan adalah suatu proses untuk menjalani kehidupan spiritual untuk mencapai tujuan, yaitu persekutuan dengan Allah. Karena persekutuan dengan Allah adalah kekudusan, maka pertumbuhan secara spiritual senantiasa berkaitan dengan hidup kudus, bahkan kekudusan adalah tujuan dan buah dari pertumbuhan. Selanjutnya, pembaharuan juga mempunyai tujuan yang sama, yaitu kekudusan, dan sesungguhnya pembaharuan bukanlah sesuatu yang berarti perombakan total sesuatu yang sudah ada. Oleh karena itu, sebenarnya pertumbuhan dan pembaharuan adalah sama saja, setali tiga uang. Dalam kehidupan spiritual, pertumbuhan maupun pembaharuan tidak akan mempunyai arti apapun tanpa dibarengi dengan kekudusan.. Inilah sebabnya, konsili Vatikan II, di dalam dokumennya tentang Gereja (Lumen Gentium) menyerukan kekudusan untuk semua orang, sehingga Gereja dapat bertumbuh dan diperbaharui dari dalam.
“…Para pengikut Kristus dipanggil oleh Allah bukan berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya. Mereka dibenarkan dalam tuhan Yesus, dan dalam babtis iman sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi, maka sungguh menjadi suci. Maka dengan bantuan Allah mereka wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup mereka kesucian yang telah mereka terima. Oleh rasul mereka dinasehati, supaya hidup “sebagaimana layak bagi orang-orang kudus” (Ef 5:3); supaya “sebagai kaum pilihan Allah, sebagai orang-orang Kudus yang tercinta, mengenakan sikap belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah-lembutan dan kesabaran” (Kol 3:12); dan supaya menghasilkan buah-buah Roh yang membawa kepada kesucian (lih. Gal 5:22; Rom 6:22). Akan tetapi karena dalam banyak hal kita semua bersalah (lih. Yak 3:2), kita terus-menerus mebutuhkan belas kasihan Allah dan wajib berdoa setiap hari: “Dan ampunilah kesalahan kami” (Mat 6:12). Jadi bagi semua jelaslah, bahwa semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih…” (LG, 40)
Mengapa harus bertumbuh?
Setiap orang mungkin pernah mencoba untuk berlari di atas mesin lari atau treadmill. Pernah suatu saat, saya berlari di atas mesin lari dan begitu memaksakan diri, sampai lemas dan tak bertenaga. Saya mematikan mesin dan kemudian saya berhenti berlari maupun berjalan, tanpa menyadari bahwa mesin lari tersebut sebenarnya masih berjalan, walaupun pelan sekali. Akibatnya saya terjatuh dan membuat kaki saya terkilir.
Hidup ini adalah seperti treadmill, dimana tidak pernah berhenti dan berjalan berlawanan arah dengan nilai-nilai kekristenan. Inilah sebabnya rasul Yohanes memperingatkan kita “15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. 16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yoh 2:15-16). Untuk dapat bertahan di dalam hiruk pikuk dunia ini yang menawarkan berbagai kenikmatan daging, kesenangan mata dan keangkuhan hidup, maka kita perlu berlari melawan arus yang semakin kencang. Ini berarti di dalam kehidupan spiritual, kita harus memperbaharui kehidupan spiritual kita dan terus bertumbuh, sehingga kita mempunyai kekuatan untuk berlari tanpa henti sampai ke tempat tujuan, yaitu persatuan dengan Tuhan selamanya, di Sorga (lih. 1 Kor 9:24). Oleh karena itu, untuk terus hidup sesuai dengan perintah Tuhan, pertumbuhan bukanlah suatu pilihan, namun suatu keharusan. Seperti contoh di atas, kalau kita diam pada mesin lari, kita akan jatuh, maka kalau kita tidak bertumbuh secara spiritual di tengah-tengah kehidupan ini - yang berlawan dengan nilai-nilai kekristenan - , maka kita akan jatuh dan akibat fatalnya adalah kehilangan keselamatan kekal.
G.K. Chesterton mengungkapkannya dengan begitu indah dan sederhana “A dead thing can go with the stream, but only a living thing can go against it.”[ 1] Orang yang bertumbuh dan memperbaharui diri adalah sesuatu yang hidup, yang mampu untuk melawan arus kehidupan. Orang yang senantiasa berjalan sejalan dengan arus kehidupan ini adalah orang-orang yang pada dasarnya mati. Sebagai orang yang hidup, apalagi hidup di dalam Kristus - kita harus terus bertumbuh dan memperbaharui diri.
Tujuan dari pembaharuan dan pertumbuhan
Pembaharuan adalah pertumbuhan dalam kekudusan dan merupakan karunia dari Allah.[ 2] Pembaharuan maupun pertumbuhan secara spiritual adalah suatu proses untuk mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan dengan Allah. Kalau persatuan dengan Allah hanya dapat dicapai dengan kekudusan (lih. Mt 5:48), maka pembaruan dan pertumbuhan dalam spiritualitas juga hanya dicapai dengan hidup kudus.
Dan inilah sebenarnya yang menjadi dasar dari semua inisiatif Allah di dalam Perjanjian Lama yang terpenuhi dalam Perjanjian Baru. Nabi Yeremiah mengatakan
“31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. 33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” (Jer 31:31-34).
Dan semuanya ini terpenuhi karena Yesus, yang menjadikan Diri-Nya Korban sebagai pemenuhan Perjanjian Baru. Dan melalui pengorbanan Kristuslah, manusia memperoleh pengampunan dosa dan menerima Roh Kudus sebagai sumber dari kekudusan. Roh Kudus inilah yang memperbaharui hati manusia menjadi baru (lih. Maz 51:10). Oleh sebab itu, Tuhan sendirilah yang menjadi sumber dari pembaharuan maupun pertumbuhan. Tuhan memberikan kepada kita manusia hati yang rindu untuk bersekutu dengan-Nya dan pada saat yang bersamaan Tuhan juga memberikan jalan dan caranya, yaitu di dalam Yesus Kristus.[ 3]
Cara untuk bertumbuh
Setelah kita melihat bahwa pertumbuhan dan pembaharuan spiritual adalah suatu karunia dari Allah, maka untuk bertumbuh, kita harus bergantung pada rahmat Allah dan segala sesuatu yang membuat rahmat Allah dapat mengalir di dalam kehidupan kita. Hal-hal yang membuat kita dapat bertumbuh secara spiritual adalah: 1) Kitab Suci, 2) doa, 3) sakramen-sakramen, 4) Gereja, 5) belajar. Mari sekarang kita melihat satu-persatu tentang kelima hal ini.
1. Kitab Suci
Kitab Suci adalah Sabda Allah sendiri yang diekspresikan dalam bahasa manusia. Di dalamnya, kita mengetahui rencana keselamatan Allah, kasih Allah, keadilan Allah, hubungan antara manusia dan Allah, bagaimana untuk hidup sesuai dengan rencana Allah, dll. Begitu pentingnya membaca Kitab Suci dalam kehidupan spiritual kita, sehingga St. Jerome mengatakan “Ignorance of Scripture is ignorance of Christ“. Gereja Katolik mempunyai kalendar liturgi, yang terdiri dari tahun A, B, C untuk bacaan mingguan dan juga tahun I dan II, untuk bacaan harian. Kalau kita setia mengikuti bacaan Misa hari Minggu dan bacaan harian, maka dalam tiga tahun, kita seharusnya telah membaca hampir seluruh isi Alkitab. Begitu inginnya Gereja untuk mendukung anak-anaknya untuk membaca Kitab Suci secara teratur, sampai Gereja memberikan indulgensi kepada orang yang membaca dan merenungkan Sabda Tuhan selama setengah jam setiap hari.
2. Doa
Doa adakah oksigen dari kehidupan spiritual kita. Sama seperti kita tidak dapat hidup tanpa oksigen, maka tanpa doa, kita tidak mungkin dapat bertumbuh. Doa seharusnya menjadi suatu cara untuk hidup kudus. Namun, lebih dari sekedar cara, doa sesungguhnya adalah suatu tujuan, karena di dalam doa kita mengambil bagian dalam kehidupan Tuhan. Kalau Sorga adalah persatuan abadi dengan Tuhan, maka doa adalah suatu pandangan ke Sorga. Tidaklah heran, kalau St. Teresia kanak-kanak Yesus mengatakan “Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke Surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”[ 4]
3. Sakramen-sakramen
Kalau kita mencoba berbagai cara untuk menerima rahmat Tuhan, maka sakramen adalah suatu cara yang diberikan oleh Kristus lewat Gereja-Nya, agar rahmat Tuhan mengalir kepada umat Allah. Sakramen mengungkapkan apa yang tak kelihatan menjadi kelihatan, apa yang dulunya sebagai suatu misteri menjadi hadir pada saat ini. Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa sakramen-sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia/ misteri Kristus -yang tak kelihatan- yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh Kudus.[ 5] Betapa nyatanya ‘rahasia’ ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja, terutama di dalam Ekaristi. Sungguh disayangkan kalau umat Katolik yang ingin bertumbuh mencoba dengan berbagai cara - termasuk mungkin pergi ke gereja-gereja non-Katolik - namun, melupakan apa yang sebenarnya telah diberikan oleh Kristus sendiri, yaitu sakramen, yang merupakan saluran rahmat Allah.
4. Gereja
Kalau tujuh sakramen yang kita kenal mengungkapkan misteri Kristus dan memberikan rahmat sesuai dengan karakter dan tujuan dari sakramen, maka Gereja adalah misteri terbesar dari Kristus sendiri, sehingga Gereja menjadi sakramen keselamatan, yang menjadi tanda rahmat Allah dan sarana yang mempersatukan Allah dan manusia.[ 6] Kita sebagai umat Katolik sudah seharusnya bersyukur bahwa kita dipersatukan oleh Tuhan di dalam Gereja-Nya, yang mempunyai empat tanda: satu, kudus, katolik dan apostolik. Di dalam persekutuan Gereja inilah kita bersama-sama bertumbuh untuk memperoleh keselamatan. Bahkan St. Jerome, St. Thomas Aquinas, St. Petrus Kanisius, St. Robert Bellarminus mengatakan bahwa Gereja adalah seperti perahu Nabi Nuh, di mana di dalamnya, orang mendapatkan keselamatan. Di dalam perahu keselamatan inilah seharusnya kita semua yang termasuk di dalamnya mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Pada waktu kita lemah, kita dapat menimba kekuatan dari komunitas Gereja, namun sebaliknya kita dapat memberi bantuan kepada yang lemah (lih Gal 6:2).
Gereja yang menjadi pilar kebenaran (lih 1 Tim 3:16), seharusnya menjadi tempat bagi kita untuk bertumbuh dalam kebenaran dan kasih. Gereja dengan kepenuhan kebenaran, yang dinyatakan lewat doktrin dan dogma, seharusnya dapat membebaskan kita, karena kebenaran membebaskan kita (lih. Yoh 8:32). Doktrin dan dogma seharusnya bukan dipandang sebagai suatu hal yang membatasi kebebasan kita, namun seharusnya menjadi pegangan bagi kita untuk bertumbuh dalam kekudusan. Kita juga harus bersyukur atas anugerah para gembala kawanan umat Allah yaitu Paus, para uskup, para imam, sebab Roh Kudus bekerja melalui mereka. Melalui merekalah, maka persatuan umat Allah dapat terjaga dan konsistensi doktrin dan dogma dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi dengan murni.
5. Belajar
Hal lain yang harus dilakukan untuk bertumbuh adalah belajar. Sama seperti seseorang yang ingin menjadi seorang arsitek, yang harus belajar begitu banyak hal, seperti matematika, mekanika teknik, menggambar, dll. Kalau di dalam kehidupan sehari-hari seseorang yang ingin mengetahui sesuatu harus belajar dan mencari, demikian juga dengan kehidupan spiritual kita. Kita dapat belajar begitu banyak dari kakak kelas kita - yaitu para kudus, dari diktat/catatan kuliah - yaitu doktrin dan dogma, dari kuliah kerja nyata - yaitu hidup kudus, dari Yesus, Maria, dan seluruh jajaran para kudus.
Apakah buah-buah dari pertumbuhan dan pembaharuan?
Karena pertumbuhan dan pembaharuan adalah tak terpisahkan dengan kekudusan, maka buah-buah dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah buah-buah kekudusan. Dan buah-buah ini bukan hanya terlihat di Gereja, namun juga di dalam kehidupan sehari-hari, karena kekudusan berpengaruh terhadap seluruh sendi kehidupan.
1. Kesadaran yang lebih tinggi akan kehadiran Tuhan
Karena kekudusan adalah persatuan yang sempurna dengan Tuhan, maka buah dari pembahuan adalah bertumbuhnya kesadaran akan siapa Tuhan, kasih-Nya, kehadiran-Nya, kebijaksanaan-Nya, kebenaran-Nya. Dengan kesadaran inilah, seseorang dapat melihat kehadiran dan karya Tuhan dalam berbagai kesempatan, seperti: dalam ciptaan, dalam pekerjaan sehari-hari, dalam diri teman-teman dan keluarga, dalam diri orang-orang yang miskin, juga dalam pencobaan dan penderitaan.
2. Kepekaan yang lebih tinggi akan panggilan hidup dan identitas diri
Karena kekudusan adalah berbagi kehidupan dengan Tuhan, maka nilai-nilai yang diterapkan dalam kehidupan adalah nilai-nilai dari Tuhan. Oleh karena itu, seseorang menempatkan apa yang diinginkan oleh Tuhan dalam kehidupannya di atas kepentingan atau keinginan pribadi. Dengan mengenal Tuhan lebih dalam, maka seseorang dapat mengenal diri sendiri lebih dalam lagi, yang pada akhirnya seseorang mempunyai kepekaan akan panggilan hidupnya. Dan panggilan hidupnya sebagai seorang Kristen adalah berpartisipasi dalam tiga misi Kristus, yang terdiri dari nabi, imam dan raja.
a) Identitas sebagai Nabi: mengasihi kebenaran
Karena kekudusan membuat seseorang mengambil bagian dalam kehidupan Kristus, maka orang tersebut juga mengerti akan tugas perutusan Kristus yang mewartakan kebenaran. Hal ini pada akhirnya membawa orang tersebut juga menjadi alat untuk mewartakan kebenaran. Orang tersebut mengasihi kebenaran di atas kepentingannya sendiri. Kebenaran yang dinyatakan dalam doktrin dan dogma Gereja menjadi panduan hidupnya, kebenaran Sabda Allah menjadi pelita dalam hidupnya, dan keinginan untuk meniru kehidupan para kudus mewarnai kehidupannya. Orang ini menjadi begitu antusias dalam mewartakan iman.
b) Identitas sebagai imam: mengasihi Tuhan dan sesama
Persatuan yang begitu erat dengan Kristus membuat seseorang menyadari bahwa Kristus mengorbankan diri-Nya demi kasih-Nya kepada Bapa dan manusia. Dan setiap murid Kristus juga dipanggil untuk meniru jejak Kristus, yaitu untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan; dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Tuhan. Kehidupan orang tersebut diwarnai dengan cara pandang dari Allah. Dia tidak terlalu kuatir tentang apa yang dikatakan oleh teman-teman, namun lebih kuatir tentang apa yang dikatakan oleh St. Matius, St. Markus, St. Lukas, St. Yohanes, St. Paulus, St. Petrus, dan terutama adalah Bunda Maria dan Yesus.
c) Identitas sebagai raja: melayani
Karena salah satu misi Kristus adalah untuk memperbaharui muka bumi, maka murid Kristus juga dipanggil dalam karya ini, yaitu dengan melayani - baik yang menderita, miskin, dan orang-orang yang membutuhkan. Seseorang yang memberikan talentanya untuk membangun Gereja dari dalam adalah salah satu tanda dari kedewasaan kasih.
3. Pertobatan
Salah satu buah yang menonjol dari pertumbuhan dan pembaharuan adalah pertobatan. Semakin seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan, maka seseorang akan menyadari akan kelemahan, kekurangan dan dosa dirinya. Ia akan menyadari dosa-dosanya sendiri, namun pada saat yang sama menyadari akan kebesaran dan kemaha-kuasaan Tuhan; dan ini membuatnya menjadi rendah hati. Seseorang akan mengalami pertobatan yang terus menerus jika ia senantiasa menempatkan Tuhan dan kebenaran-Nya di atas kepentingan dan pendapat pribadi.
4. Kehidupan sakramental
Persatuan yang begitu erat dengan Allah, menyadarkan seseorang yang telah diperbaharui bahwa dia membutuhkan rahmat Allah untuk menjalankan kehidupan ini sesuai dengan perintah-perintah Allah. Karena Kristus sendiri yang memberikan sakramen-sakramen kepada umat-Nya dan menjamin rahmat-Nya mengalir, maka orang yang diperbaharui akan menyadari bahwa sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat dapat memberikan kekuatan dan pertumbuhan spiritual. St. Thomas Aquinas memberikan argument of fittingness tentang ketujuh sakramen:
“Ada tujuh sakramen dari hukum yang baru…. Lima yang pertama diberikan untuk kesempurnaan kehidupan batin spiritual dari seseorang; dua yang terakhir diberikan untuk mengatur dan menumbuhkan Gereja secara keseluruhan. Dengan Sakramen Baptisan, kita lahir lagi secara spiritual dan dengan Sakramen Penguatan kita bertumbuh di dalam rahmat dan dikuatkan dalam iman; Dengan dilahirkam kembali dan dikuatkan, kita dipelihara dengan makanan Ilahi dari Sakramen Ekaristi. Jika karena dosa, kita menjadi sakit di dalam jiwa, kita disembuhkan secara spiritual dengan Sakramen Tobat; kita juga disembuhkan di dalam roh dan tubuh sejauh itu baik untuk jiwa, dengan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Melalui Sakramen Imamat, Gereja diatur dan menerima pertumbuhan secara spiritual; melalui Sakramen Perkawinan, dia [Gereja] menerima pertumbuhan badani.”[ 8]
5. Keinginan untuk kekudusan dan doa
Seseorang yang diperbaharui dan bertumbuh menyadari dan mengalami kasih Allah. Kasih Allah inilah yang menjadi motivasi untuk membalas kasih-Nya dengan kembali mengasihi Allah dan menjalankan semua perintah-Nya (lih. Yoh 14:15). Dan hubungan kasih ini terbina, terpupuk dan menjadi suatu dialog di dalam doa. Oleh karena itu, doa bukan lagi menjadi suatu rutinitas, namun menjadi suatu kebutuhan. Doa ini juga yang menjadi kekuatan untuk bertumbuh dalam kekudusan.
6. Menyadari perlunya belajar
Seseorang yang telah diperbaharui dan terus bertumbuh mengasihi Kristus. Semakin seseorang mengasihi, semakin dia ingin tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan Yang dikasihi, yaitu Kristus. Seseorang tidak dapat mengasihi apa yang tidak diketahuinya dan sebaliknya setelah mengetahui, maka dengan kasih ia akan semakin ingin mengetahui yang dikasihinya dengan lebih lagi. Orang tersebut akan mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh. Katekismus Gereja Katolik adalah salah satu buku yang perlu dibaca untuk mengerti rencana Allah secara keseluruhan.
7. Perspektif kehidupan yang berbeda
Seseorang yang telah diperbaharui akan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda. Kehidupan yang hiruk pikuk tidak membuatnya kehilangan fokus akan tujuan paling akhir dalam kehidupannya, yaitu persatuan dengan Tuhan di Sorga. Dia telah mendefinisikan kebahagiaannya dengan mereferensikannya kepada Tuhan. Dengan demikian, orang yang telah diperbaharui tidak gentar dalam menghadapi kesulitan hidup, karena percaya akan belas kasih Tuhan dan mengerti bahwa kesulitan yang dialaminya bersifat sementara. Dia mengerti bahwa semua yang ada di dunia ini - harta, kekayaan, kehormatan, kekuasaan - hanyalah bersifat sementara, dan dia menaruh pengharapan yang besar akan kesempurnaan untuk selamanya di dalam Kerajaan Allah (lih. 1 Kor 13:12).
8. Kepekaan akan komunitas
Kesadaran untuk mengasihi Tuhan dan sesama sebagai esensi dari kekudusan, membuat seseorang menjadi peka bahwa perjalanan yang harus dijalani di dunia menuju ke Sorga bukanlah perjalanan ’sendirian’ atau hanya antara aku dengan Yesus, namun bersama-sama juga dengan saudara-saudari seiman. Kesadaran akan talenta dan keterbatasan diri mendorong seseorang untuk melibatkan diri dalam komunitas, sehingga dapat saling berbagi dan menguatkan. Di dalam persatuan iman dalam komunitas inilah, seseorang dapat terus bertumbuh, karena mempunyai nilai-nilai yang sama, iman yang sama, kebenaran yang sama, Gereja yang sama, dan Yesus yang sama.
Undangan untuk bersama-sama bertumbuh dan diperbaharui
Setelah kita mengetahui perngertian pertumbuhan atau pembaharuan, alasan, tujuan, cara, dan pernyataanya, maka yang harus kita lakukan adalah untuk berusaha terus bertumbuh secara spiritual. Kemunduran kehidupan spiritual akan membahayakan keselamatan kita. Berhenti bertumbuh, akan membuat kita terseret dalam arus dunia ini, yang berlawanan dengan nilai-nilai kekristenan, sehingga pada akhirnya juga membahayakan keselamatan kita. Tidak ada cara lain untuk bertumbuh secara spiritual kecuali dengan terus berjuang setiap hari. Mari kita mengingat apa yang dikatakan oleh rasul Paulus “…aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil 3:13-14).
Catatan kaki:
1. G.K. Chesterton, Everlasting Man, 1925 [ ©]
2. Douglas G. Bushman, S.T.L., In His Image: Faith enrichment for adult catholics, A program of renewal through education, An overview (San Francisco: Ignatius Press, 1989), 2 [ ©]
3. ibid, 3 [ ©]
4. dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik / KGK, 2558-2559 [ ©]
5. KGK, 774 [ ©]
6. Lih KGK 775, Lumen Gentium 1 [ ©]
7. ibid, 3-4 [ ©]
8. DS 1311; D 695; Christian Faith 1306. Text Magisterium ini dapat dikaitkan dengan pembahasan St. Thomas “On the Articles of Faith and the Sacraments of the Church.” Lihat juga ST, III, q. 65, a. 1. [ ©]
Disadur dari : www.katolisitas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar